Jumat, 13 Januari 2012

Dasar Pemikiran

GERAKAN MAHASISWA KEBANGSAAN
BEM SE-BANTEN
Menuntut ilmu merupakan keharusan bagi semua manusia. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu perangkat hidup yang sangat krusial bagi pelaksanaan peran dan fungsi manusia. Di Indonesia, proses transfer ilmu pengetahuan dan aktivitas pendidikan telah membangun komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat hidup pribumi yang menjadi arah pembangunan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jauh kebelakang, pada awal abad ke-16, kaum pribumi sebagai penduduk asli yang terikat dengan tanah dan adat istiadat orang tuanya harus menerima kebijakan cultuur stelsel (sistem tanam paksa) dari pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan ini menyebabkan kondisi mayoritas pribumi menjadi bodoh, miskin, tertinggal, dan tertindas. Sehingga, sebagian besar pribumi berada pada kelas terbawah di dalam strata sosial masyarakat pada saat itu. Kelas ke dua ditempati oleh kaum ningrat pribumi dan pendatang Asia Timur. Posisi tertinggi dalam strata sosial tersebut ditempati oleh bangsa Eropa dan Belanda.
Kondisi ini lebih diperparah oleh kebijakan politiek ethis (politik balas budi yaitu dengan menyediakan infrastruktur pendidikan yang berbentuk sekolah kepada kaum pribumi). Namun, biaya pendidikan yang dikenakan terlalu mahal sehingga mayoritas pribumi tetap tidak mampu mengenyam pendidikan. Kondisi tersebut terus berlangsung hingga tumbuhnya sikap keberpihakan dari beberapa ningrat pribumi yang terdidik. Hal ini dibuktikan oleh adanya organisasi pergerakan Boedi Oetomo yang terbentuk pada tanggal 20 Mei 1908 yang diprakarsai oleh Dr. Soetomo dkk. Boedi Oetomo merupakan organisasi yang memberikan pendidikan secara gratis kepada pribumi. Usaha ini telah memberi pencerahan yang sangat berarti bagi kehidupan pribumi dimasa itu. Upaya mencerdaskan kehidupan pribumi yang dilakukan melalui organisasi ini diteruskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan membangun infrastruktur pendidikan formal yaitu sekolah Taman Siswa tepatnya pada tanggal 2 Mei 1920. Dengan kata lain, dibangunnya Taman Siswa adalah merupakan bentuk penyempurnaan dari organisasi pendidikan Budi Oetomo yang masih bersifat informal.  Pada era ini, pendidikan semakin terorganisir dan tersebar hingga keluar Pulau Jawa.
Implikasi pendidikan tersebut kemudian menumbuhkan semangat persatuan dan kebangsaan kaum pribumi dan telah menghasilkan Sumpah Pemuda yang melahirkan Bangsa Indonesia di dalam Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928. Jiwa persatuan dan kebangsaan yang semakin kuat menyebabkan semakin tingginya tuntutan Bangsa Indonesia untuk merdeka. Pada akhirnya, Bangsaan Indonesia mampu memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Artinya, kemerdekaan Bangsa Indonesia dinyatakan setelah menempuh waktu 17 tahun kurang 2 bulan 11 hari dari kelahirannya. Sedangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terbentuk pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah Bangsa Indonesia merdeka.
Runtut perjalanan sejarah pencerahan hingga terbentuknya NKRI membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan pendidikan mampu membangun struktur kehidupan yang megah di dalam sejarah kehidupan manusia. Pasang surut kehidupan berbangsa dan bernegara setelah NKRI terbentuk hingga saat ini merupakan bahan yang harus dipelajari, dievaluasi, dan disempurnakan secara terus menerus oleh setiap generasi. Berkembangnya sejarah pendidikan Indonesia sampai saat ini telah menjadi tumpuan harapan bagi kemajuan bangsa dimasa-masa yang akan datang. Oleh karena itu, institusi pendidikan terutama perguruan tinggi sebagai masyarakat ilmiah dan institusi ilmiah memiliki peran penting dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang akan membangun tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.    
Keberadaan Perguruan Tinggi sebagai institusi pendidikan di Provinsi Banten merupakan aset bangsa yang memiliki peranan penting dalam mencetak dan mengembangkan SDM sebagai usaha dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini memaknakan bahwa perguruan tinggi, menjadikan Tridarma Perguruan Tinggi sebagai acuan  dalam  mencetak SDM, menempati posisi strategis di daerah dan di kancah nasional dalam mengembangkan kualitas mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.
Tridharma Perguruan Tinggi merupakan konvergenitas pengabdian civitas akademika baik secara internal maupun eksternal sebagai output dari suatu kontinuitas proses aktualisasi di Perguruan Tinggi. Kontinuitas proses tersebut akan berkaitan erat dengan sinergisitas antara proses pendidikan formal perkuliahan mahasiswa, penelitian dan pengembangan dinamika aktivitas mahasiswa yang tertampung di dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat serta proses penerapan ilmu pengetahuan terutama di lingkungan di mana perguruan tinggi tersebut dibangun dan dikembangkan terhadap suatu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara secara riil. Implementasi dari upaya ini akan menjadi masukan lanjutan bagaimana sebaiknya merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi material pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM kedepan.
 Sinergisitas tiga usaha tersebut diatas merupakan konklusi dari suatu pandangan bahwa Tridharma Perguruan Tinggi terjadi tidak hanya secara linier, tetapi juga berlangsung secara sirkular dalam satu sistem. Oleh karena itu, kebutuhan terhadap perangkat model penjalanan Tridharma Perguruan Tinggi harus terus dikaji dan diaplikasikan dalam proses lingkungan kehidupan internal dan eksternal Untirta.
Selain proses pendidikan, terutama sekali upaya pengkajian dan penelitian untuk memajukan ilmu pengetahuan dan mengembangkan temuan-temuan sebagai jawaban dalam mengatasi problematika kehidupan berbangsa dan bernegara dalam skala tertentu,  selama ini baru dilakukan oleh lembaga khusus perguruan tinggi yang melibatkan orang-orang tertentu. Proses ini mengakibatkan progresifitas pengembangan ilmu pengetahuan menjadi lambat karena potensi-potensi baru dari fenomena kegiatan yang tumbuh diberbagai site, khususnya ditingkatan mahasiswa sangat sulit terjaring. Eskalasi perkembangan ilmu pengetahuan dapat ditingkatkan jika infrastruktur mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)  sebagai organisasi yang melakukan kajian, pengembangan minat dan bakat juga difungsikan sebagai komponen lain yang terlibat dalam proses penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga, organisasi yang terbangun di lingkungan internal maupun eksternal perguruan tinggi akan memiliki fungsi konstributif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dimasa-masa yang akan datang.
Dari dasar pemikiran ini, BEM sebaiknya dioptimalkan dalam proses penelitian fenomena kehidupan yang diminati dengan dasar ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Sehingga, sinergisitas penjalanan Tridharma Perguruan Tinggi secara bertahap semakin dapat dijalankan. Proses ini akan mempertajam kemampuan analisa dan kepekaan mahasiswa-terutama mereka yang terlibat dalam BEM terhadap suatu teori yang telah dan sedang berlangsung dalam suatu tatanan kehidupan baik pada tingkatan lokal kampus, daerah, provinsi, maupun di tingkatan pusat. Sehingga, minat (interest) mahasiswa untuk terus menambah dan menggali ilmu pengetahuan tetap melekat dan terfasilitasi di setiap BEM yang terbentuk. Fenomena ini akan membuktikan bahwa keberadaan BEM merupakan model perkembangan kehidupan yang proses pembangunannya lahir dari dinamika aktivitas mahasiswa secara buttom-up.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

G.O.A.H.E.A.D GEMA KEBANGSAAN!

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons